Pembatas Buku

“Peci Miring”

Sebagai salah seorang pembaca buku fiksi, saya memiliki beberapa koleksi novel. Sebut saja tulisan-tulisan Ahmad Tohari, Leila S. Chudori, Oka Rusmini, Haruki Murakami, Keigo Higashino, dan beberapa lainnya, nyaris memenuhi rak buku di rumah.

Sebagai catatan, sampai saat ini saya sama sekali tidak tertarik untuk membaca novel daring. Entah ya, rasanya kurang aja gitu. Sesimpel sensasi aroma buka baru, unwrap plastik pembungkusnya, menandatangani buku sebagai penanda bahwa si buku secara resmi telah menjadi milik saya, membalik lembar demi lembar halaman novelnya, itu ada kenikmatan tersendiri yang tentunya tidak dapat saya rasakan ketika membaca novel secara daring.

Nah yang ingin saya bahas sekarang adalah tentang keberadaan pembatas buku yang biasanya sudah disematkan di dalam masing-masing buku. You know, pembatas buku yg biasanya berbentuk persegi panjang dan bersudut tajam itu yang (seharusnya) berfungsi sebagai penanda halaman buku terakhir yang kita baca.

Bagi sayaaaa… Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, si pembatas buku ini hanya bertahan di dua hari pertama kehadiran si buku baru, karena apa? Yak betul, karena sayanya nggak sabaran kalo harus “disiplin” meletakkan pembatas buku tiap kali selesai baca. Kaya yang “dah lah ga usah pake, toh baca bukunya juga pasti inget nyampe halaman mananya, ngga perlu pake pembatas lagi”. Dan emang kenyataannya gitu, bagi saya si pembatas buku ini perannya belum terlalu signifikan. Duhhh.. maafkan saya 😭 Tapi emang nyatanya seperti itu, saya merasa si pembatas buku ini belum dibutuhkan, malah sebaliknya bikin “ribet” karena tiap kali mo buka halaman pasti jadi ngeganjel, udah gitu potensi ketusuk-tusuk jemari oleh sudut-sudutnya yang tajam itu jadi makin bikin mengganggu 😦

Nahhhh.. Di buku yang saya baca kali ini (ituuuu yang fotonya nampang di paling atas) masih ada pembatas bukunya. Karena ini buku pinjaman, jadinya saya ga berani memusnahkan si pembatas bukunya (yakaliiikk.. Tau diri lah, udah pun minjem, masa iya mo dirusak pulak)

Apakah dengan buku pinjaman ini akan membuat saya “berdamai” dengan keberadaan si pembatas buku? Kita liat saja ke depannya, kebetulan saya minjem 3 buku dan bahasannya sekilas mayan berat sih, jadi ngga bisa selesai sekali duduk seperti halnya novel-novel picisan yang biasa saya baca 😅

Segini aja cerita tentang pembatas bukunya. Yuk bisa yuk mulai rajin baca buku lagi, sedikit banyak tetep ada “ilmu” yang masuk kok, meskipun itu sekadar tambahan kosa kata baru. Terlebih bagi orang-orang pemalas seperti saya 😝

Leave a Comment