“SEBELUM NAIK TAKSI INGAT DAN CATAT NOMOR TAKSINYA”
Kira-kira begitulah isi pesan dalam spanduk yang terbentang di perempatan jalan Iskandar Syah setelah sebelumnya melihat seekor tupai berjalan di antara kabel listrik yang menjuntai (sebenernya ga penting banget untuk diceritain, no correlation hahaha..) . saya kemudian memikirkan latar belakang diterbitkannya peringatan semacam itu, apa mungkin karena semakin meningkatnya angka kriminalitas pada penumpang taksi?! Atau sekedar sebagai pengingat supaya para calon penumpang lebih berhati-hati?!
Hmmm.. saya jadi inget masa-masa ketika masih sering menggunakan jasa taksi. Dalam seminggu minimal sekali saya harus naik taksi, entah itu dalam perjalanan Cawang-Mampang atau sekedar jalan-jalan ke Blok M bersama suami tercinta yang kala itu masih tinggal berjauhan Jakarta-Bandung dan hanya bisa bertemu seminggu sekali. Biasanya taksi favorit kami adalah si burung biru, nyaman dan ramah 🙂 apalagi untuk wanita yang sedang hamil muda seperti saya saat itu, best choice lah menurut saya sebab pengemudinya benar-benar mengutamakan kenyamanan dalam berkendara. Tiap ada polisi tidur pasti kecepatan taksi diturunkan sehingga saat melewatinya smooth banget dah! 😀
Suatu waktu ketika saya hendak pulang dari Blok M Plaza menuju Mampang, taksi yang tersedia hanya si putih, si burung biru tak terlihat sedikitpun, jadinya mau ga mau saya tetep nekat naik si putih. Begitu masuk ke dalam taksi langsung disambut dengan senyum pahit sang pengemudi, namun saya tetep khusnudzon, kali aja begitu itu emang dah settingan default si bapak sopir. Kemudian seperti biasa saya berbasa-basi nanya pool taksi tersebut dimana, si pak sopir tinggal dimana, dan ternyata dijawab dengan ketus hiks… Taksi tetap melaju kencang tak peduli terhadap banyaknya polisi tidur yang mengurangi kenyamanan dalam perjalanan. Tak peduli kepada janin kecil yang sedang bersemayam di dalam perut saya. Tak peduli kepada kencangnya tangan saya berpegangan ke kursi penumpang demi menjaga keseimbangan tubuh agar tak ikut berlenggak-lenggok ria mengikuti irama taksi. Pfiuuuhhhh… Saya hanya bisa mengelus pelan si Mahes wannabe supaya tetap sabar dalam perjalanan hingga kami tiba di tujuan. Hmmm..ketika sampai di perempatan Santa, tiba-tiba si sopir jutek bicara.
Sopir : Dari pagi saya ga dapet penumpang Bu, Ibu penumpang pertama saya
Saya : *mikir : pantesan dari tadi jutek* Oya Pak?!
Sopir : Saya bingung Bu, setoran belum dapet, utang banyak
Saya : *ga tau harus ngomong apa* Sabar Pak, rejeki sudah diatur sama Allah
Trus diem lagi sampe saya turun. Sengaja saya beri lebih dari angka yang tercatat di argometer berharap yang sedikit itu bisa mengurangi bebannya meskipun hanya keciiiiiiiiiiiiiiiiiiiil banget. Yes, What a day!
P.S. sejak pertama kali naik taksi saya selalu mengingat (dan mencatat) nomor lambung taksi, NIP pengemudi, dan nama pengemudi, njagani jika terjadi sesuatu
aku kok malah gak pernah dapet supir yg enak y klo si burung biru … asli bikin kontraksi, sampe rumah uda g bs ngapa2in .. skrg dari kantor punya kenalan supir sepakat, enak nyupirnya, jadi klo kepepet naksi suka nyari2 dy ddepan gedunglama :P, tp skrg uda jarang si …
brarti Anda blom beruntung hahaha….
alhamdulillah selama ini tidak pernah bermasalah ketika naik taxi…
kapan hari pas naik si burung biru aku malah jadi guide nya karena si driver gak tahu jalannya…
padahalcuma ke taman puring…weleh…weleh…